Partisipasi

Anda dapat berpartisipasi di blog Dunia Penuh Warna ini. Cukup kirim tulisan anda ke hill_me_marcopollo@yahoo.com atau hilmisetiawan@yahoo.com

Senin, 22 Oktober 2007

Salut Buat Adikku

Hampir dapat aku pastikan, tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari mata adikku waktu ia di Khittan kemarin.

Awalnya aku sempat ragu, tubuhnya yang kurus pasti akan sulit menhindari sakitya di Khittan.
Namun, keraguanku tadi hanya sebatas rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. maklum saja, dulu aku juga pernah merasakan sakit yang luar biasa waktu disunat.
tanpa ada satu orang pun di dalam ruangan Khittan, adikku menjalani masa-masa yang paling mendebarkan dalam hidupnya sendirian.
Lain halnya dengan diriku dulu. Seingatku, butuh 2 orang dalam proses sunatanku. Satu orang menutup kedua mataku, dan satunya lagi memanggku tubuh beratku. andai saja adikku dulu melihat kakaknya waktu dikhittan, aku pantas malu dan adikku berhak berbangga diri.
Meskipun aku melihat dadanya yang berdegub kencang, adikku sama sekali tidak memjamkan matanya. Dengan jelas ia melihat peralatan dokter yang banyaknya satu ember.
Aku sempat kaget, kaget sekali ketika tubuh kecil adikku kejang. Aku sempat ikut merasakan kesakiatan yang ia derita. kesakitan yang luar biasa, resa perih yang diakibatkan kejatuhan pemanas yang memotong kemaluannya. ya, waktu itu aku lihat alat itu jatuh tepat di bawah pusar adikku.
Tetapi tetap saja, ia tidak menangis sedikit pun. sampai saat itu, aku tidak bisa lagi berkata-kata apa-apa. Tidak ada sebuah kata yang bisa aku berikan kepada adikku untuk menghargai keberaniannya. Aku hanya bisa mengatakan salut padanya. Kakak salut padamu, tetap sehat dan cepat sembuh ya?
Buat pembaca, aku mohon keikhlasannya mendoakan adikku yang sedang menjalani masa penyembuhan. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Pembaca Kami