Partisipasi

Anda dapat berpartisipasi di blog Dunia Penuh Warna ini. Cukup kirim tulisan anda ke hill_me_marcopollo@yahoo.com atau hilmisetiawan@yahoo.com

Rabu, 31 Oktober 2007

Tetap Bermusik Sampai Usia Puluhan



Jam dinding masih belum genap menunjukkan pukul 12 malam. Ketika irama musik Dangdut mulai didendangkan kelompok Patrol “Musik Karomah.”

Sayup-sayup lantunan Ayat Suci Al-Qur’an masih terdengar dari segala penjuru desa. Udara dingin baru saja menampakkan kekuatannya, dibarengi dengan embun malam yang tidak terlalu tebal, menyelimuti kelurahan Mangli.

Segera keheningan malam pecah. Sekelompok orang yang menamakan diri “Musik Karomah” bermain musik patrol di tengah malam.

Setiap Bulan Puasa tiba, mereka seakan tidak pernah lelah, membawakan lagu-lagu dangdut yang sedang popular saat ini. Mulai dari Kucing Garong sampai SMS, mereka bawakan dengan balutan irama kentongan yang khas.

“Musik Karomah ini usianya sudah puluhan tahun.” Tutur istri dari sang maestro kentongan.

“Suami saya sudah memainkan kentongan ini sejak anak saya masih gadis. Saat ini anak saya sudah berkeluarga”. Tambahnya.

Memanfaatkan gerobak yang mereka rakit dari besi. Gerombolan pemecah keheningan malam ini mulai berkelana menghibur orang-orang, yang pada malam itu sengaja tidak tidur.

Berberapa kentongan dengan berbagai ukuran dan jenis, mereka tata sedemikian rupa. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat beraturan. Ditambah dengan tiupan seruling bambu, membuat bingung orang yang mendengarnya dari dalam rumah.

Suara ini dari kentongan ataukah dari pengeras suara yang biasanya dibawa orang-orang menggunakan becak?

Benar-benar tipis perbedaan diantara keduanya. Suara Bass sampai Treble benar-benar terdengar dengan sempurna.

Setiap kali mereka menemukan tempat yang sekiranya banyak orang nongkrong. Personel dari Musik Karomah, yang terdiri dari 6 orang ini segera membentuk formasi.

Mereka melingkar di segala sisi gerobak. Tek, tek, tek. Ketukan tiga kali, kerap mereka jadikan aba-aba sebelum suguhan patrol dimulai.

Sebatang pukulan yang dibalut guntingan ban dalam bekas, menimbulkan suara yang menggema. Sedangkan pukulan yang hanya terbuat dari bambu kecil, memunculkan suara yang menghentak. Belum lagi tiupan seruling yang indah. Membuat mereka terlihat seperti orkestra profesional, seperti orkes pimpinan Erwin Gutawa.

Penabuh Musik Karomah ini, tidak mendapat imbalan apa-apa dari usahanya menghibur warga. Hampir sampai waktu sahur tiba, mereka mengelilingi kampung.

Satu tekad bulat di hati merka, “Kami ingin menghibur orang. Karena membuat orang terhibur adalah ibadah” ujar Hadi, si pemukul Kentongan.

Akhirnya, senyuman dan gelak tawa pun tetap ada di raut wajah mereka. Meskipun sudah lama mereka bergelut dengan suasana malam. Sekali menghibur, menghibur terus. Prinsip ini tertancap kuat di hati personel “Musik Hikmah”.(ilmi)

Tidak ada komentar:

Pembaca Kami