Partisipasi

Anda dapat berpartisipasi di blog Dunia Penuh Warna ini. Cukup kirim tulisan anda ke hill_me_marcopollo@yahoo.com atau hilmisetiawan@yahoo.com

Jumat, 02 November 2007

Pembukaan KONFERWIL Penuh Wejangan



MENJADI sebuah agenda terbesar warga NU Jawa TImur, Konferensi Wilayah (KONFERWIL) NU Jawa Timur menyedot banyak perhatian warga nahdliyin. Acara yang dipusatkan di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo ini dijadwalkan berlangsung selama tiga hari (2-4/11).

KH. Hasan Mutawakil, selaku pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, berkesempatan membuka acara KONFERWIL ini. Merangkap sebagai ketua panitia, KH. Hasan Mutawakil mengimbau siapa pun yang terpilih nanti, diharapkan mampu membesarkan eksistensi dan peran NU.

“Saat ini, NU perlu menyumbangkan pemikiran untuk bangsa dan Negara, serta melindungi bangsa dari aliran-aliran sesat, baik lokal maupun internasional.” ujarnya.

Lain dengan KH. Hasan, Ali Maschan lebih menyoroti permasalahan di dalam tubuh NU sendiri, utamanya posisi Islam. “Pada masa para wali dulu, Islam itu berperan menjadi noto ati (Menata Hati). Tetapi sekarang, Islam berubah menjadi noto negoro (Menata Negara).” tukas Ali maschan yang menjabat sebagai Ketua PWNU.

Selain masalah bergesernya fungsi Islam tadi, Kyai Maschan juga meresahkan munculnya konsep Khilafah yang berkembang baru-baru ini. Ia berpendapat jik akonsep Khilafah sudah menjadi tandingan NKRI. “Saat ini yang perlu di-Islamkan itu adalah orangnya, bukan bangsanya.” papar Kyai Maschan.

Terakhir, acara pembukaan KONFERWIL NU JATIM ini ditutup amanat Prof. DR. Hasyim Muzadi, dari PBNU. Beliau menegaskan jika NU Jawa Timur itu besar dan kuat. Tetapi besa pula problem yang ada di dalamnya. “Ini semua terjadi karena factor jumlah tidak diikuti menajemen organisasi. Hingga akhirnya warga NU berjalan sendiri-sendiri.” jelas Hasyim Muzadi.

Dari seluruh orang yang diberi kesempatan berbicara di acara pembukaan KONFERWIL ini, semuanya tidak lupun melontarkan wejangan kepada NU.

Tidak ada komentar:

Pembaca Kami