Partisipasi

Anda dapat berpartisipasi di blog Dunia Penuh Warna ini. Cukup kirim tulisan anda ke hill_me_marcopollo@yahoo.com atau hilmisetiawan@yahoo.com

Selasa, 06 November 2007

Demo KOPMA Ricuh

RICUH – sekelompok mahasiswa yang menamakan dirinya GPM (Gerakan Peduli Mahasiswa), mendatangi gerai Koperasi Mahasiswa (KOPMA) STAIN Jember. Mereka sempat bersitegang dengan sekelompok mahasiswa lain.

“KOPMA itu siapa yang punya, KOPMA itu siapa yang punya, KOPMA itu siapa yang punya. Yang punya kita semua.” Seperti itu yel-yel yang disuarakan GPM di sekitar kampus STAIN Jember.

Sambil membentangkan tulisan-tulisan yang berisi beragam tuntutan. Puluhan mahasiswa yang menamakan dirinya Gerakan Peduli Mahasiswa (GPM), mendatangi gerai KOPMA (Koperasi Mahasiswa) dan kator akademik STAIN Jember, Selasa (6/11) kemarin.

Sayangnya, aksi unjuk aspirasi yang menuntut transparasi dana oleh pihak KOPMA ini, tercemar tindakan anarkis. Beberapa orang mahasiswa terlibat saling dorong dan beberapa yang lain terlihat menendangi pintu gerai KOPMA.

Pemicu tindakan anarkis ini sederhana. Ada seorang demonstran yang melihat mahasiswa lain membawa senjata tajam. Setelah dikonfirmasi ke pihak SATPAM, mereka membenarkan jika ada yang membawa senjata tajam. “Senjata tajam itu hanya sebuah cutter, itu pun akan digunakan untuk memotong hasil foto copy mahasiswa,” jelas seorang SATPAM saat ditemui di pos kerjanya.

Syukurlah, aksi anarkis itu tidak berlangsung lama dan meluas. Ditangani beberapa SATPAM, emosi demonstran segera bisa diredam.

Tidak puas hanya berorasi di depan gerai KOPMA, para demonstran akhirnya melanjutkan aksinya ke dalam kantor akademik.

Di hadapan beberapa pengurus KOPMA dan Hj. Tiitek Rohana (Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan, pen), demonstran tetap menyuarakan tuntutan uatam mereka. Yaitu adanya transparasi dana di tubuh KOPMA. “Seluruh mahasiswa dikenai biaya Rp. 20.000,- oleh kampus. Namun untnuk masuk KOPMA ada syarat-syarat yang tidak proporsional,” ujar Taufik, selaku Korlap.

Menhadapi demonstran yang kian memadati lorong utama kantor akademik, Hj. Titiek Rohana tetap tenang. “Jangan menuduh tanpa bukti, setiap tahun laporan secara tertulis itu ada,” jelas bu titik, sapaan akrab Hj. Titiek Rohana, menenangkan massa.

Selang beberapa saat, bu titik meminta 10 orang perwakilan dari GPM dan 10 orang dari KOPMA, untuk diajak rembuk bareng di runag VIP. “Jika berbicara di sini (Kantor Akademik, pen), saya rasa tidak efektif,” tambah bu titik.

Dari pengakuan amar, salah satu anggota KOPMA di dalam ruang VIP, terungkap jika setiap tahunnya KOPMA STAIN Jember mandapat kucuran dana dari kampus sebesar 6 juta rupiah. “Untuk saat ini, pengeluaran KOPMA lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh. Kami bersedia membuat laporan tertulis dalam waktu 1 x 24 jam,” tambah Amar.

Selaku pembina KOPMA STAIN Jember, Chotib, memaparkan jika dana sebesar itu (6 juta, pen), sudah bisa menanggung segala kebutuhan di tubuh KOPMA sendiri. Ia juga mengatakan jika kinerja KOPMA sudah baik. Hanya saja perlu pembenahan di aspek menejemen dan keorganisasian.

Ironisnya lagi, sebagai seorang pembimbing, ia tidak pernah sekali pun menerima berkas laporan dari KOPMA. “Saya bingung harus mulai dari mana, karena saya tidak tahu jeroannya,” tambah Chotib.

Tidak ada komentar:

Pembaca Kami